BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pengembangan
kurikulum adalah istilah yang komprehensif, didalamnya mencakup: perencanaan,
penerapan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal membangun
kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan
untuk menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik.
Penerapan kurikulum atau biasa disebut juga implementasi kurikulum berusaha
mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam tindakan operasional. Evaluasi
kurikulum merupakan tahap akhir dari pengembangan kurikulum untuk menentukan
seberapa besar hasil-hasil pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program
yang telah direncanakan, dan hasil-hasil kurikulum itu pada dasarnya merupakan
kaidah-kaidah atau hukum yang akan menjiwai suatu kurikulum (Rahmat, 2009).
Kurikulum
merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh
kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan
kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara
sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang
didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Penyusunan
kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat fatal
terhadap kegagalan pendidikan itu sendiri. Dengan sendirinya, akan berkibat
pula terhadap kegagalan proses pengembangan manusia.
Sebelum
melangkah lebih jauh pada pembahasan mengenai prinsip-prinsip pengembangan
kurikulum, bagaimana konsep kurikulum. Kita tentunya sudah mengetahui bagaimana
konsep kurikulum tersebut. Dari pendapat penulis dapat dikatakan bahwa
kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman
belajar yang disediakan bagi siswa di sekolah. Dalam kurikulum terintegrasi
filsafat, nilai-nilai, pengetahuan, dan perbuatan pendidikan. Kurikulum disusun
oleh para ahli pendidikan atau ahli kurikulum, ahli bidang ilmu, pendidik,
pejabat pendidikan, politikus, pengusaha, orang tua peserta didik serta unsur-unsur
masyarakat lainnya yang merasa berkepentingan dengan pendidikan. Rancangan ini
disusun dengan maksud memberi pedoman kepada para pelaksana pendidikan, dalam
proses pembimbingan perkembangan siswa, mencapai tujuan yang dicita-citakan
oleh siswa sendiri, keluarga, maupun masyarakat.
Dalam
pengembangan kurikulum, dapat menggunakan prinsip-prinsip yang telah berkembang
dalam kehidupan sehari-hari atau justru menciptakan sendiri prinsip-prinsip
baru. Oleh karena itu, dalam implementasi kurikulum di suatu lembaga pendidikan
sangat mungkin terjadi penggunaan prinsip-prinsip yang berbeda dengan kurikulum
yang digunakan di lembaga pendidikan lainnya, sehingga akan ditemukan banyak
sekali prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan kurikulum.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Model Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar
yang dimaksudkan untuk membawa siswa ke arah perubahan-perubahan yang
diinginkan dan menilai hingga mana perubahan-perubahan itu telah terjadi pada
siswa. Pada
prinsipnya pengembangan kurikulum berkisar pada pengembangan aspek ilmu
pengetahuan dan teknologi yang perlu diimbangi dengan perkembangan pendidikan.
Tetapi pada kenyataannya manusia memiliki keterbatasan dalam kemampuan menerima,
menyampaikan dan mengoleh informasi, untuk itulah dibutuhkan proses
pengembangan kurikulum yang akurat, terseleksi dan memiliki tingkat relevansi
yang kuat. Dengan demikian, diperlukan suatu model pengembangan kurikulum
dengan pendekatan yang sesuai.
Model
pengembangan kurikulum merupakan ulasan teoritis tentang suatu proses
pengembangan kurikulum secara menyeluruh atau dapat pula hanya mencakup salah
satu komponen kurikulum. Ada yang memberikan ulasan tentang suatu proses
kurikulum, dan ada juga yang hanya menekankan pada mekanisme pengembangannya
saja.[1]
B.
Kurikulum Menurut Peter F Oliva
The Oliva model to chart a model for curriculum
development that three criteria: The model had to be simple, comprehensive, and
systematic.
Menurut Oliva (Sri Rahayu Chandrawati, 2009) dalam membuat
rencana tentang perkembangan kurikulum terbagi menjadi tiga kriteria: sederhana, komprehensif,
systematik. Meskipun model ini menggambarkan beberapa proses yang
berasumsi pada model sederhana.[2]
Komponen-komponen
seperti yang tampak dalam gambar diatas menurut oliva adalah komponen pokok
saja, sebab dalam kenyataannya dalam mengembangkan suatu kurikulum ada 12
komponen yang satu sama lain saling berkaitan.
Dari bagian
diatas tampak model pengembangan kurikulum yang dikemukakan oleh oliva, terdiri
dari 12 komponen yang harus dikembangkan:
1. Pernyataan
filsafat :
kebutuhan siswa umumnya, kebutuhan masyarakat
2. Spesifikasi
kebutuahn siswa khusus
3. Spesifikasi
kebutuhan masyarakat khusus
4. Spesifikasi
kebutuhan disiplin
ilmu
5. Spesifikasi
tujuan
umum kurikulum
6. Spesifikasi
tujuan
khusus kurikulum
7. Organisasi dan
implementasi kurikulum: Spesifikasi tujuan umum
pembelajaran, Spesifikasi khusus tujuan pembelajaran
8. Seleksi
strategi pembelajaran
9. Seleksi pendahuluan teknik evaluasi : Seleksi akhir teknik evaluasi
10. Implementasi
pengajaran/strategi
11. Evaluasi pembelajaran
12. Evaluasi
kurikulum
Ke 12 komponen menggambarkan langkah demi langkah pengembangan
kurikulum yang komprehensif. Model tersebut digambarkan dalam bentuk segi
empat dan lingkaran. Segi empat menggambarkan tentang proses perencanaan
sedangkan lingkaran menggambarkan proses operasional.
1.
Komponen
pertama adalah perumusan filosofis, sasaran, misi serta visi lembaga
pendidikan, yang semuanya bersumber dari analisis kebutuhan siswa, dan analisis
kebutuhan masyarakat.
2.
Komponen
kedua analisis kebutuhan masyarakat di mana sekolah berada, kebutuhan siswa dan
urgensi dari disiplin ilmu yang harus diberikan sekolah. Sumber kurikulum
berasal dari komponen 1 dan 2 ini, komponen 1 berisi pernyataan-pernyataan yang
bersifat umum dan sangat ideal, sedangkan komponen 2 mengarah kepada tujuan
yang lebih khusus.
3.
Komponen
ke-3 dan ke-4 berisi tujuan umum dan tujuan khusus kurikulum yang didasarkan
kepada kebutuhan yang ada pada komponen 1 dan 2
4.
Komponen
ke-5 adalah bagaimana mengorganisasikan rancangan dan mengimplementasikan
kurikulum
5.
Komponen
ke-6 dan 7 mulai menjabarkan kurikulum dalam bentuk perumusan tujuan umum dan
tujuan khusus pembelajaran
6.
Setelah
menetapkan tujuan, selanjutnya menetapkan strategi pembelajaran yang
dimungkinkan dapat mencapai tujuan seperti yang terdapat pada komponen ke-8
7.
Komponen
ke -9a adalah melakukan studi awal tentang kemungkinan strategi atau tehnik
penilaian yang akan digunakan
8.
Selanjutnya
diteruskan pada komponen ke-10 yaitu mengimplementasikan strategi pembelajaran.
9.
Setelah
strategi diimplementasikan, kemudian kembali pada komponen ke-9 yaitu komponen
ke-9b untuk menyempurnakan alat atau tehnik penilaian, dengan menerapkan
komponen ke-9a kemudian ditambah atau direvisi setelah mendapatkan masukan dari
implementasi kurikulum
10. Dari penetapan alat dan tehnik
penilaian itu, maka selanjutnya pada komponen ke-11 dan ke-12 dilakukan
evaluasi terhadap pembelajaran dan evaluasi kurikulum
Menurut Oliva, model yang dikembangkan ini dapat digunakan dalam
beberapa dimensi. Pertama, untuk penyempurnaan kurikulum sekolah dalam bidang-bidang
khusus, misalkan penyempurnaan kurikulum bidang studi tertentu di sekolah, baik
dalam tataran perencanaan kurikulum maupun dalam proses pembelajarannya. Kedua,
model ini juga dapat digunakan untuk membuat keputusan dalam merancang suatu
program kurikulum. Ketiga, model ini dapat digunakan dalam mengembangkan
program pembelajaran secara khusus.[3]
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah. 2007. Pengembangan KURIKULUM Teori & Praktik.
Jogjakarta : Ar Ruzz Media.
Hamlik, Oemar.
2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sanjaya, Wina. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Syaodih,
Sukmadinata, Nana. 2010. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Terimakasih paparannya. izin menggunakan bahan ini
BalasHapus