Senin, 31 Oktober 2016

Makalah Psikologi Gestalt


DAFTAR ISI

Halaman

BAB I

PENDADULUAN

Pengajaran  identik dengan pendidikan. Proses pengajaran adalah proses pendidikan. Setiap kegiatan pendidikan adalah untuk mencapai tujuan pendidikan. Pengajaran adalah suatu proses aktivitas mengajar belajar, di dalamnya terdapat dua obyek yang saling terlibat yaitu guru dan peserta didik.
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam melaksanakan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Adanya proses yang panjang dan tertata dengan rapi serta berjenjang akan memungkinkan belajar menjadi lebih baik dan efisien.
Teori belajar gestalt merupakan teori belajar yang di kembangkan oleh Max Wertheimer. Max Wertheimer (1880-1943) seorang yang dipandang sebagai pendiri dari Psikologi Gestalt, ia bekerjasama dengan dua temannya, yaitu Kurt Koffka (1886-1941) dan Wolfgang Kohler (1887-1967).
Bagi para ahli pengikut Gestalt, perkembangan itu adalah proses diferensiasi. Dalam proses diferensiasi itu yang primer adalah keseluruhan, sedangkan bagian-bagian adalah sekunder, bagian-bagian hanya mempunyai arti sebagai bagian daripada keseluruhan dalam hubungan fungsional dengan bagian-bagian yang lainnya, keseluruhan ada terlebih dahulu baru disusul oleh bagian-bagiannya. Bila kita bertemu dengan seorang teman misalnya, dari kejauhan yang kita saksikan terlebih dahulu bukanlah bajunya yang baru atau pulpennya yang bagus, atau dahinya yang terluka, melainkan justru teman kita itu sebagai keseluruhan, sebagai Gestalt.



                                 1.         Bagaimana Pengertian Teori Gestalt ?
                                 2.         Bagaimana Tokoh Teori Belajar Gestalt ?
                                 3.         Bagaimana Pokok Pikiran Teori Gestalt ?
                                 4.         Bagaimana Hukum-Hukum Belajar Gestalt ?

                                 1.         Mengetahuai Pengertian Teori Gestalt
                                 2.         Mengetahuai Pengertian Teori Gestalt
                                 3.         Mengetahuai Pokok Pikiran Teori Gestalt
                                 4.         Mengetahuai Hukum-Hukum Belajar Gestalt
                                 5.          
Dalam penyusunan makalah ini penulis menggunakan metode kepustakaan, yakni dengan mengumpulkan buku-buku yang menyangkut tentang permasalahan yang dibahas sehingga selesailah makalah ini.









BAB II

PEMBAHASAN

Istilah Gestalt sukar diterjemahkan kedalam bahasa lain. Dalam bahasa Inggris berarti form, shape, configuration, whole dan dalam bahasa Indonesia berarti bentuk, keseluruhan, esensi, totalitaas, hal, peristiwa dan hakikat. Aliran ini pun merupakan protes terhadap pandangan elementaritis dan metode kerjanya menganalisi unsur-unsur kejiwaan. Menurut aliran gestalt, yang utama bukanlah elemen tetapi keseluruhan. Kesadaran dan jiwa manusia tidak mungkin dianalisis kedalam elemen-elemen. Gejala kejiwaan harus dipelajari sebagai suatu keseluruhan atau totalitas. Keseluruhan adalah lebih dari sekedar penjumlahan unsur-unsurnya. Keseluruhan itu lebih dahulu ditanggapi dari bagian-bagiannya, dan bagian-bagian itu harus memperoleh makna dalam keseluruhan.[1]
Psikologi Gestalt merupakan salah satu aliran psikologi yang mempelajari suatu gejala sebagai suatu keseluruhan atau totalitas, data-data dalam psikologi Gestalt disebut sebagai phenomena (gejala). Phenomena adalah data yang paling dasar dalam Psikologi Gestalt. Dalam hal ini Psikologi Gestalt sependapat dengan filsafat phenomonologi yang mengatakan bahwa suatu pengalaman harus dilihat secara netral. Dalam suatu phenomena terdapat dua unsur yaitu obyek dan arti. Obyek merupakan sesuatu yang dapat dideskripsikan, setelah tertangkap oleh indera, obyek tersebut menjadi suatu informasi dan sekaligus kita telah memberikan arti pada obyek itu. Teori ini dibangun oleh tiga orang, Kurt Koffka, Max Wertheimer dan Wolfgang Köhler. Mereka menyimpulkan bahwa seseorang cenderung mempersepsikan apa yang terlihat dari lingkungannya sebagai kesatuan yang utuh.
Menurut koffka, gestalt adalah pertemuan gejala-gejala yang tiap-tiap anggotanya hanya mempunyai sifat atau watak dalam hubungannya dengan bagian-bagiannya, sehingga merupakan suatu kesatuan yang mengandung arti, dan tiap-tiap bagian mendapat arti dari keseluruhan itu. Yang primer gestalt adalah bukan bagian-bagian. Bagian-bagian itu sendiri tidak ada. Sebab gestalt tidak terjadi dari jumlah bagian-bagian. Artinya di dalam gestalt, tidak mungkin bagian-bagian itu berdiri sendiri.[2]
Psikologi gestalt diawali dan dikembangakan melalui tulisan-tulisan tiga tokoh penting, yaitu Max Wertheimer, Wolfgang Kohler dan Kurt Koffka. Ketiganya dididik dalam atmosfer intelektual yang menggairahkan pada awal abad 20 di Jerman, dan ketiganya melarikan diri dari kejaran nazi dan bermigrasi ke Amerika. Sejak dahulu aliran-aliran itu sangat penting artinya untuk membina semangat para ahli dalam kompetisi mendapatkan penemuan-penemuan baru dan saling memberikan kritik dan koreksi terhadap aliran-aliran yang lainnya. Aliran-aliran itu mengajukan teorinya masing-masing dan banyak diantaranya menjadi dasar dari teori-teori psikologi modern masa kini. Beberapa aliran yang terkemuka dengan teorinya Gestalt akan dikemukakan dibawah ini.

                                 1.         Max Wertheimer (1880 – 1943)
Max Wertheimer adalah tokoh tertua dari tiga serangkai pendiri aliran psikologi Gestalt. Wertheimer dilahirkan di Praha pada tanggal 15 April 1880. Ia mendapat gelar Ph.D nya di bawah bimbingan Oswald Kulpe.[3]
Wertheimer dianggap sebagai pendiri teori Gestalt setelah dia melakukan eksperimen dengan menggunakan alat yang bernama stroboskop, yaitu alat yang berbentuk kotak dan diberi suatu alat untuk dapat melihat ke dalam kotak itu. Di dalam kotak terdapat dua buah garis yang satu melintang dan yang satu tegak. Kedua gambar tersebut diperlihatkan secara bergantian, dimulai dari garis yang melintang kemudian garis yang tegak, dan diperlihatkan secara terus menerus. Kesan yang muncul adalah garis tersebut bergerak dari tegak ke melintang. Gerakan ini merupakan gerakan yang semu karena sesungguhnya garis tersebut tidak bergerak melainkan dimunculkan secara bergantian.
                                 2.         Kurt Koffka (1886-1941)
Koffka lahir di Berlin tanggal 18 Maret 1886. Sumbangan Koffka kepada psikologi adalah penyajian yang sistematis dan pengamalan dari prinsip-prinsip Gestalt dalam rangkaian gejala psikologi, mulai persepsi, belajar, mengingat, sampai kepada psikologi belajar dan psikologi sosial.
 Teori Koffka tentang belajar didasarkan pada anggapan bahwa belajar dapat diterangkan dengan prinsip prinsip psikologi Gestalt. Teori Koffka tentang belajar antara lain:
                                                          a.         Jejak ingatan (memory traces), adalah suatu pengalaman yang membekas di otak.Jejak-jejak ingatan ini diorganisasikan secara sistematis mengikuti prinsip-prinsipGestalt dan akan muncul kembali kalau kita mempersepsikan sesuatu yang serupadengan jejak-jejak ingatan tadi. 
                                                         b.         Perjalanan waktu berpengaruh terhadap jejak ingatan. Perjalanan waktu itu tidakdapat melemahkan, melainkan menyebabkan terjadinya perubahan jejak, karena jejaktersebut cenderung diperhalus dan disempurnakan untuk mendapat Gestalt yang lebih baik dalam ingatan.
                                                          c.         Latihan yang terus menerus akan memperkuat jejak ingatan.[4]
                                 3.         Wolfgang Kohler (1887-1967)
Kohler lahir di Reval, Estonia pada tanggal 21 Januari 1887. Menurut Kohler apabila organisme dihadapkan pada suatu masalah atau problem, maka akan terjadi ketidak seimbangan kogntitif, dan ini akan berlangsung sampai masalah tersebut terpecahkan. Karena itu, menurut Gestalt apabila terdapat ketidak seimbangan kognitif,hal ini akan mendorong organisme menuju ke arah keseimbangan. Eksperimennya adalah seekor simpanse diletakkan di dalam sangkar. Pisang digantung di atas sangkar. Di dalam sangkar terdapat beberapa kotak berlainan jenis. Mula-mula hewan itu melompat-lompat untuk mendapatkan pisang itu tetapi tidak berhasil. Karena usaha-usaha itu tidak membawa hasil, simpanse itu berhenti sejenak, seolah-olah memikir cara untuk mendapatkan pisang itu. Tiba-tiba hewan itu dapat sesuatu ide dan kemudian menyusunkotak-kotak yang tersedia untuk dijadikan tangga dan memanjatnya untukmencapai pisang itu. 
Dalam eksperimennya Kohler sampai pada kesimpulan bahwa orgAnism (dalam hal ini simpanse) dalam memperoleh pemecahan masalahnya diperoleh dengan pengertian atau dengan insight.

1.      Prinsip Dasar Gestalt
                                                          a.         Interaksi antara individu dan lingkungan disebut sebagai perceptual field. Setiap perceptual field memiliki organisasi,  yang cenderung dipersepsikan oleh manusia sebagai figure and ground. Oleh karena itu kemampuan persepsi ini merupakan fungsi bawaan manusia, bukan skill yang dipelajari. Pengorganisasian ini mempengaruhi makna yang dibentuk.[5]
                                                         b.         Prinsip-prinsip pengorganisasian :
·         Principle of Proximity : bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu.
·         Principle of Similarity  : individu akan cenderung mempersepsikan stimulus yang sama sebagai suatu kesatuan. Kesamaan stimulus itu bisa berupa persamaan bentuk, warna, ukuran dan kecerahan.
·         Principle of Objective Set : Organisasi berdasarkan mental set yang sudah terbentuk sebelumnya.
·         Principle of Continuity : Menunjukkan bahwa kerja otak manusia secara alamiah melakukan proses untuk melengkapi atau melanjutkan informasi meskipun stimulus yang didapat tidak lengkap.
·         Principle of Closure/ Principle of Good Form : Bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap. Orang akan cenderung melihat suatu obyek dengan bentukan yang sempurna dan sederhana agar mudah diingat.
·         Principle of Figure and Ground : Yaitu menganggap bahwa setiap bidang pengamatan  dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan ground (latar belakang). Prinsip ini  menggambarkan bahwa manusia secara sengaja ataupun tidak, memilih dari  serangkaian stimulus, mana yang dianggapnya sebagai figure dan mana yang dianggap sebagai ground.
·         Principle of Isomorphism : Menunjukkan adanya hubungan antara aktivitas otak dengan kesadaran, atau menunjukkan adanya hubungan structural antara daerah-daerah otak yang terktivasi dengan isi alam sadarnya.

Asumsi bahwa hukum –hukum atau prinsip-prinsip yang berlaku pada proses pengamatan dapat ditransfer kepada hal belajar, maka untuk memahami proses belajar orang perlu memahami hukum-hukum yang menguasai proses pengamatan itu.Pada pengamatan itu menekankan perhatian pada bentuk yang terorganisasi (organized form) dan pola persepsi manusia . Pemahaman dan persepsi tentang hubungan-hubungan dalam kebulatan (entities) adalah sangat esensial dalam belajar. Psikologi Gestalt ini terkenal juga sebagai teori medan (field) atau lazim disebut cognitive field theory.[6]
Pendirian aliran ini adalah keseluruhan lebih dan lain dari pada bagian-bagian, “keseluruhan itu timbul lebih dulu dari pada bagian-bagian”.Dalam belajar yang penting adalah penyesuaian pertama, yaitu mendapatkan response yang tepat, hal ini sangat tergantung pada pengamatan.
Dengan kata lain pemecahan problem sangat tergantung kepada pengamatan, apabila dapat melihat situasi itu dengan tepat maka problem  “pencerahan” dan dapat memecahkan problem itu.
Jadi inti pelajaran menurut aliran ini adalah mendapatkan “insight” artinya: dimengertinya persoalan, dimengertinya hubungan tertentu, antara berbagai unsur dalam situasi tertentu, hingga hubungan tersebut jelas dan akhirnya didapatkan kemampuan memecahkan problem, bukan mengulang-ulang bahan yang dipelajari.
Dalam hukum-hukum belajar Gestalt ini ada satu hukum pokok , yaitu hukum Pragnaz, dan empat hukum tambahan (subsider) yang tunduk kepada hukum yang pokok itu, yaitu hukum–hukum keterdekatan, ketertutupan, kesamaan, dan kontinuitas.  Pragnaz adalah suatu keadaan yang seimbang. Setiap hal yang dihadapi oleh individu mempunyai sifat dinamis yaitu cenderung untuk menuju keadaan pragnaz tersebut. Empat hukum tambahan yang tunduk kepada hukum pokok, yaitu :
                                 1.         Hukum keterdekatan
Hal-hal yang saling berdekatan dalam waktu atau tempat cenderung dianggap sebagai suatu totalitas.
                                 2.         Hukum ketertutupan
Hal-hal yang cenderung menutup akan membentuk kesan totalitas tersendiri.
                                 3.         Hukum kesamaan.
Hal-hal yang mirip satu sama lain, cenderung kita persepsikan
sebagai suatu kelompok atau suatu totalitas.
                                 4.         Hukum kontinuitas
Orang akan cenderung mengasumsikan pola kontinuitas pada obyek-obyek yang ada. 

                                 1.         Belajar
Proses belajar adalah fenomena kognitif. Apabila individu mengalami proses belajar, terjadi reorganisasi dalam perceptual fieldnya. Setelah proses belajar terjadi, seseorang dapat memiliki cara pandang baru terhadap suatu problem. Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
                                                          a.         Pengalaman tilikan (insight) : bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
                                                         b.         Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning) : kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari.
                                                          c.         Perilaku bertujuan (purposive behavior) : bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
                                                         d.         Prinsip ruang hidup (life space) : bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
                                                          e.         Transfer dalam Belajar : yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tatasusunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain
                                 2.         Insight
Pemecahan masalah secara jitu yang muncul setelah adanya proses pengujian berbagai dugaan/kemungkinan. Setelah adanya pengalaman insight, individu mampu menerapkannya pada problem sejenis tanpa perlu melalui proses trial-error lagi. Konsep insight ini adalah fenomena penting dalam belajar, ditemukan oleh Kohler dalam eksperimen yang sistematis. Timbulnya insight pada individu tergantung pada :
                                                          a.         Kesanggupan : Kesanggupan berkaitan dengan kemampuan inteligensi individu.
                                                         b.         Pengalaman : Dengan belajar, individu akan mendapatkan suatu pengalaman dan pengalaman itu akan menyebabkan munculnya insight.
                                                          c.         Taraf kompleksitas dari suatu situasi :Semakin kompleks masalah akan semakin sulit diatasi
                                                         d.         Latihan : Latihan yang banyak akan mempertinggi kemampuan insight dalam situasi yang bersamaan
                                                          e.         Trial and Error: Apabila seseorang tidak dapat memecahkan suatu masalah, seseorang akan  melakukan percobaan-percobaan hingga akhirnya menemukan insight untuk memecahkan masalah tersebut.
                                 3.         Memory
Hasil persepsi terhadap obyek meninggalkan jejak ingatan. Dengan berjalannya waktu, jejak ingatan ini akan berubah pula sejalan dengan prinsip-prinsip organisasional terhadap obyek. Penerapan Prinsip of Good Form seringkali muncul dan terbukti secara eksperimental. Secara sosial, fenomena ini juga menjelaskan pengaruh gosip/rumor. Fenomena gossip seringkali berbeda dengan fakta yang ada. Fakta yang diterima sebagai suatu informasi oleh seseorang kemudian diteruskan kepada orang lain dengan dengan dilengkapi oleh informasi yang relevan walaupun belum menjadi fakta atau belum diketahui faktanya















 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

Teori belajar psikologi Gestalt merupakan salah satu aliran psikologi yang mempelajari suatu gejala sebagai suatu keseluruhan atau totalitas. Sedangkan  data-data dalam psikologi Gestalt disebut sebagai Fenomena (gejala). Dimana fenomena adalah data-data yang mendasar dan hal ini sependapat dengan filsafat fenomologi yang mengartikan bahwa suatu pengalaman harus dilihat secara netral.
Dalam teori belajar gestalt terdapat prinsip interaksi individu dengan lingkungan serta prinsip pengorganisasian. Selain itu, dalam aplikasi prinsip teori belajar psikologi gestel meliputi pada belajar, insight, dan memory.  Teori belajar psikologi gestalt mempelajari suatu fenomena secara totatalitas dan merumuskan beberapa hukum diantaranya adalah hukum keterdekatan, hukum ketertutupan, hukum kesamaan, dan hukum kontiunitas, yang kesemua hukum itu tunduk pada hukum Pragnaz. Dengan demikian teori belajar psikologi gestalt dapat diterapkan dalam proses belajar sehingga lebih dapat memahami suatu gejala atau fenomena secara keseluruhan.
Makalah ini tentu jauh dari sebuah kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diperlukan sebagai bahan perbaikkan kedepannya. Semoga dengan adanya makalah tentang Teori Belajar Gestalt ini mampu menambah khazanah keilmuan kita terkait dengan proses pelaksanaan pengajaran yang bermutu dengan kata lain memiliki nilai presensi berkualitas.




Boeree, George.  2005. Sejarah Psikologi : Dari Masa Kelahiran Sampai Masa Modern.  Jogjakarta : Prismasophie.
Ahmad, Fauzi. 2008. Pisikologi Umum. Bandung : Penerbit Pustaka Setia
Naisaban, Ladidlaus. 2004. Para Psikolog Terkemuka Dunia: Riwayat Hidup, Pokok Pikiran Dan Karya. Jakarta: Grasindo
Suryabrata, Sumardi. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo  Persada,
Sujanto, Agus.  2008. Psikologi Umum. Jakarta: Bumi Aksar.
Syaodih, Nana. 2008. Landasan psikologi pendidiksan. Bandung: Remaja    Rosdakatya,.




[1] Ahmad Fauzi, Psikologi Umum, Pustaka Setia, Bandung, 1999,  Hal 27
[2] Agus Sujanto, Psikologi Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal 171
[3] Ladidlaus Naisaban, Para Psikolog Terkemuka Dunia: Riwayat Hidup, Pokok Pikiran, Dan Karya  (Jakarta: Grasindo 2004) , hal 397
[4] George Boeree,  Sejarah Psikologi : Dari Masa Kelahiran Sampai Masa Modern, (Jogjakarta :    Prismasophie, 2005),  hal. 422

[5] Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006),  hal. 279
[6] Nana Syaodih, Landasan psikologi pendidikan, (Bandung : Remajka Rosdakatya, 2008), hal. 170

2 komentar :