DAFTAR ISI
Halaman
BAB I
PENDADULUAN
Pengajaran identik dengan pendidikan. Proses pengajaran
adalah proses pendidikan. Setiap kegiatan pendidikan adalah untuk mencapai
tujuan pendidikan. Pengajaran adalah suatu proses aktivitas mengajar belajar,
di dalamnya terdapat dua obyek yang saling terlibat yaitu guru dan peserta
didik.
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang
sangat fundamental dalam melaksanakan setiap jenis dan jenjang pendidikan.
Adanya proses yang panjang dan tertata dengan rapi serta berjenjang akan
memungkinkan belajar menjadi lebih baik dan efisien.
Teori belajar gestalt merupakan teori belajar yang di kembangkan
oleh Max Wertheimer. Max Wertheimer (1880-1943) seorang yang dipandang sebagai
pendiri dari Psikologi Gestalt, ia bekerjasama dengan dua temannya, yaitu Kurt
Koffka (1886-1941) dan Wolfgang Kohler (1887-1967).
Bagi para ahli pengikut Gestalt, perkembangan itu adalah proses
diferensiasi. Dalam proses diferensiasi itu yang primer adalah keseluruhan,
sedangkan bagian-bagian adalah sekunder, bagian-bagian hanya mempunyai arti
sebagai bagian daripada keseluruhan dalam hubungan fungsional dengan bagian-bagian
yang lainnya, keseluruhan ada terlebih dahulu baru disusul oleh
bagian-bagiannya. Bila kita bertemu dengan seorang teman misalnya, dari
kejauhan yang kita saksikan terlebih dahulu bukanlah bajunya yang baru atau
pulpennya yang bagus, atau dahinya yang terluka, melainkan justru teman kita
itu sebagai keseluruhan, sebagai Gestalt.
1.
Bagaimana Pengertian Teori Gestalt ?
2.
Bagaimana Tokoh Teori Belajar Gestalt ?
3.
Bagaimana Pokok Pikiran Teori Gestalt ?
4.
Bagaimana Hukum-Hukum Belajar Gestalt ?
1.
Mengetahuai Pengertian Teori Gestalt
2.
Mengetahuai Pengertian Teori Gestalt
3.
Mengetahuai Pokok Pikiran Teori Gestalt
4.
Mengetahuai Hukum-Hukum Belajar Gestalt
5.
Dalam
penyusunan makalah ini penulis menggunakan metode kepustakaan, yakni dengan
mengumpulkan buku-buku yang menyangkut tentang permasalahan yang dibahas
sehingga selesailah makalah ini.
Pengajaran identik dengan pendidikan. Proses pengajaran
adalah proses pendidikan. Setiap kegiatan pendidikan adalah untuk mencapai
tujuan pendidikan. Pengajaran adalah suatu proses aktivitas mengajar belajar,
di dalamnya terdapat dua obyek yang saling terlibat yaitu guru dan peserta
didik.
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang
sangat fundamental dalam melaksanakan setiap jenis dan jenjang pendidikan.
Adanya proses yang panjang dan tertata dengan rapi serta berjenjang akan
memungkinkan belajar menjadi lebih baik dan efisien.
Teori belajar gestalt merupakan teori belajar yang di kembangkan
oleh Max Wertheimer. Max Wertheimer (1880-1943) seorang yang dipandang sebagai
pendiri dari Psikologi Gestalt, ia bekerjasama dengan dua temannya, yaitu Kurt
Koffka (1886-1941) dan Wolfgang Kohler (1887-1967).
Bagi para ahli pengikut Gestalt, perkembangan itu adalah proses
diferensiasi. Dalam proses diferensiasi itu yang primer adalah keseluruhan,
sedangkan bagian-bagian adalah sekunder, bagian-bagian hanya mempunyai arti
sebagai bagian daripada keseluruhan dalam hubungan fungsional dengan bagian-bagian
yang lainnya, keseluruhan ada terlebih dahulu baru disusul oleh
bagian-bagiannya. Bila kita bertemu dengan seorang teman misalnya, dari
kejauhan yang kita saksikan terlebih dahulu bukanlah bajunya yang baru atau
pulpennya yang bagus, atau dahinya yang terluka, melainkan justru teman kita
itu sebagai keseluruhan, sebagai Gestalt.
1.
Bagaimana Pengertian Teori Gestalt ?
2.
Bagaimana Tokoh Teori Belajar Gestalt ?
3.
Bagaimana Pokok Pikiran Teori Gestalt ?
4.
Bagaimana Hukum-Hukum Belajar Gestalt ?
1.
Mengetahuai Pengertian Teori Gestalt
2.
Mengetahuai Pengertian Teori Gestalt
3.
Mengetahuai Pokok Pikiran Teori Gestalt
4.
Mengetahuai Hukum-Hukum Belajar Gestalt
5.
Dalam
penyusunan makalah ini penulis menggunakan metode kepustakaan, yakni dengan
mengumpulkan buku-buku yang menyangkut tentang permasalahan yang dibahas
sehingga selesailah makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah Gestalt sukar diterjemahkan kedalam bahasa lain. Dalam
bahasa Inggris berarti form, shape, configuration, whole dan dalam bahasa
Indonesia berarti bentuk, keseluruhan, esensi, totalitaas, hal, peristiwa dan
hakikat. Aliran ini pun merupakan protes terhadap pandangan elementaritis dan
metode kerjanya menganalisi unsur-unsur kejiwaan. Menurut aliran gestalt, yang
utama bukanlah elemen tetapi keseluruhan. Kesadaran dan jiwa manusia tidak
mungkin dianalisis kedalam elemen-elemen. Gejala kejiwaan harus dipelajari
sebagai suatu keseluruhan atau totalitas. Keseluruhan adalah lebih dari sekedar
penjumlahan unsur-unsurnya. Keseluruhan itu lebih dahulu ditanggapi dari
bagian-bagiannya, dan bagian-bagian itu harus memperoleh makna dalam
keseluruhan.[1]
Psikologi Gestalt merupakan salah satu aliran psikologi yang
mempelajari suatu gejala sebagai suatu keseluruhan atau totalitas, data-data
dalam psikologi Gestalt disebut sebagai phenomena (gejala). Phenomena adalah
data yang paling dasar dalam Psikologi Gestalt. Dalam hal ini Psikologi Gestalt
sependapat dengan filsafat phenomonologi yang mengatakan bahwa suatu pengalaman
harus dilihat secara netral. Dalam suatu phenomena terdapat dua unsur yaitu
obyek dan arti. Obyek merupakan sesuatu yang dapat dideskripsikan, setelah
tertangkap oleh indera, obyek tersebut menjadi suatu informasi dan sekaligus
kita telah memberikan arti pada obyek itu. Teori ini dibangun oleh tiga orang,
Kurt Koffka, Max Wertheimer dan Wolfgang Köhler. Mereka menyimpulkan bahwa
seseorang cenderung mempersepsikan apa yang terlihat dari lingkungannya sebagai
kesatuan yang utuh.
Menurut koffka, gestalt adalah pertemuan gejala-gejala yang
tiap-tiap anggotanya hanya mempunyai sifat atau watak dalam hubungannya dengan
bagian-bagiannya, sehingga merupakan suatu kesatuan yang mengandung arti, dan
tiap-tiap bagian mendapat arti dari keseluruhan itu. Yang primer gestalt adalah
bukan bagian-bagian. Bagian-bagian itu sendiri tidak ada. Sebab gestalt tidak
terjadi dari jumlah bagian-bagian. Artinya di dalam gestalt, tidak mungkin bagian-bagian
itu berdiri sendiri.[2]
Psikologi gestalt diawali dan dikembangakan melalui tulisan-tulisan
tiga tokoh penting, yaitu Max Wertheimer, Wolfgang Kohler dan Kurt Koffka.
Ketiganya dididik dalam atmosfer intelektual yang menggairahkan pada awal abad
20 di Jerman, dan ketiganya melarikan diri dari kejaran nazi dan bermigrasi ke
Amerika. Sejak dahulu aliran-aliran itu sangat penting artinya untuk membina
semangat para ahli dalam kompetisi mendapatkan penemuan-penemuan baru dan
saling memberikan kritik dan koreksi terhadap aliran-aliran yang lainnya.
Aliran-aliran itu mengajukan teorinya masing-masing dan banyak diantaranya
menjadi dasar dari teori-teori psikologi modern masa kini. Beberapa aliran yang
terkemuka dengan teorinya Gestalt akan dikemukakan dibawah ini.
1.
Max Wertheimer (1880 – 1943)
Max Wertheimer
adalah tokoh tertua dari tiga serangkai pendiri aliran psikologi Gestalt.
Wertheimer dilahirkan di Praha pada tanggal 15 April 1880. Ia mendapat gelar
Ph.D nya di bawah bimbingan Oswald Kulpe.[3]
Wertheimer
dianggap sebagai pendiri teori Gestalt setelah dia melakukan eksperimen dengan
menggunakan alat yang bernama stroboskop, yaitu alat yang berbentuk kotak dan
diberi suatu alat untuk dapat melihat ke dalam kotak itu. Di dalam kotak
terdapat dua buah garis yang satu melintang dan yang satu tegak. Kedua gambar
tersebut diperlihatkan secara bergantian, dimulai dari garis yang melintang
kemudian garis yang tegak, dan diperlihatkan secara terus menerus. Kesan yang
muncul adalah garis tersebut bergerak dari tegak ke melintang. Gerakan ini
merupakan gerakan yang semu karena sesungguhnya garis tersebut tidak bergerak
melainkan dimunculkan secara bergantian.
2.
Kurt Koffka (1886-1941)
Koffka lahir di
Berlin tanggal 18 Maret 1886. Sumbangan Koffka kepada psikologi adalah
penyajian yang sistematis dan pengamalan dari prinsip-prinsip Gestalt dalam rangkaian
gejala psikologi, mulai persepsi, belajar, mengingat, sampai kepada psikologi belajar dan psikologi sosial.
Teori Koffka tentang belajar didasarkan pada anggapan bahwa belajar dapat diterangkan dengan prinsip
prinsip psikologi Gestalt. Teori Koffka tentang belajar
antara lain:
a.
Jejak ingatan (memory traces), adalah suatu pengalaman yang
membekas di otak.Jejak-jejak ingatan ini diorganisasikan secara sistematis mengikuti
prinsip-prinsipGestalt dan akan muncul kembali kalau kita mempersepsikan
sesuatu yang serupadengan jejak-jejak ingatan tadi.
b.
Perjalanan waktu berpengaruh terhadap jejak ingatan. Perjalanan
waktu itu tidakdapat melemahkan, melainkan menyebabkan terjadinya perubahan
jejak, karena jejaktersebut cenderung diperhalus dan disempurnakan untuk
mendapat Gestalt yang lebih baik dalam ingatan.
c.
Latihan yang terus menerus akan memperkuat jejak ingatan.[4]
3.
Wolfgang Kohler (1887-1967)
Kohler lahir di
Reval, Estonia pada tanggal 21 Januari 1887. Menurut Kohler apabila organisme
dihadapkan pada suatu masalah atau problem, maka akan terjadi ketidak seimbangan
kogntitif, dan ini akan berlangsung sampai masalah tersebut terpecahkan. Karena
itu, menurut Gestalt apabila terdapat ketidak seimbangan kognitif,hal ini akan
mendorong organisme menuju ke arah keseimbangan. Eksperimennya adalah seekor
simpanse diletakkan di dalam sangkar. Pisang digantung di atas sangkar. Di
dalam sangkar terdapat beberapa kotak berlainan jenis. Mula-mula hewan itu
melompat-lompat untuk mendapatkan pisang itu tetapi tidak berhasil. Karena
usaha-usaha itu tidak membawa hasil, simpanse itu berhenti sejenak, seolah-olah
memikir cara untuk mendapatkan pisang itu. Tiba-tiba hewan itu dapat sesuatu
ide dan kemudian menyusunkotak-kotak yang tersedia untuk dijadikan tangga dan
memanjatnya untukmencapai pisang itu.
Dalam eksperimennya Kohler sampai pada kesimpulan bahwa orgAnism
(dalam hal ini simpanse) dalam memperoleh pemecahan masalahnya diperoleh dengan pengertian
atau dengan insight.
1.
Prinsip Dasar Gestalt
a.
Interaksi antara individu dan lingkungan disebut sebagai perceptual
field. Setiap perceptual field memiliki organisasi, yang cenderung
dipersepsikan oleh manusia sebagai figure and ground. Oleh karena itu kemampuan
persepsi ini merupakan fungsi bawaan manusia, bukan skill yang dipelajari.
Pengorganisasian ini mempengaruhi makna yang dibentuk.[5]
b.
Prinsip-prinsip pengorganisasian :
·
Principle of Proximity : bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan
(baik waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu
bentuk tertentu.
·
Principle of Similarity : individu akan cenderung
mempersepsikan stimulus yang sama sebagai suatu kesatuan. Kesamaan stimulus itu
bisa berupa persamaan bentuk, warna, ukuran dan kecerahan.
·
Principle of Objective Set : Organisasi berdasarkan mental set yang
sudah terbentuk sebelumnya.
·
Principle of Continuity : Menunjukkan bahwa kerja otak manusia
secara alamiah melakukan proses untuk melengkapi atau melanjutkan informasi
meskipun stimulus yang didapat tidak lengkap.
·
Principle of Closure/ Principle of Good Form : Bahwa orang
cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak
lengkap. Orang akan cenderung melihat suatu obyek dengan bentukan yang sempurna
dan sederhana agar mudah diingat.
·
Principle of Figure and Ground : Yaitu menganggap bahwa setiap
bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan ground
(latar belakang). Prinsip ini menggambarkan bahwa manusia secara sengaja
ataupun tidak, memilih dari serangkaian stimulus, mana yang dianggapnya
sebagai figure dan mana yang dianggap sebagai ground.
·
Principle of Isomorphism : Menunjukkan adanya hubungan antara
aktivitas otak dengan kesadaran, atau menunjukkan adanya hubungan structural
antara daerah-daerah otak yang terktivasi dengan isi alam sadarnya.
Asumsi bahwa hukum –hukum atau prinsip-prinsip yang berlaku pada
proses pengamatan dapat ditransfer kepada hal belajar, maka untuk memahami
proses belajar orang perlu memahami hukum-hukum yang menguasai proses
pengamatan itu.Pada pengamatan itu menekankan perhatian pada bentuk yang
terorganisasi (organized form) dan pola persepsi manusia . Pemahaman dan
persepsi tentang hubungan-hubungan dalam kebulatan (entities) adalah sangat
esensial dalam belajar. Psikologi Gestalt ini terkenal juga sebagai teori medan
(field) atau lazim disebut cognitive field theory.[6]
Pendirian aliran ini adalah keseluruhan lebih dan lain dari pada
bagian-bagian, “keseluruhan itu timbul lebih dulu dari pada
bagian-bagian”.Dalam belajar yang penting adalah penyesuaian pertama, yaitu
mendapatkan response yang tepat, hal ini sangat tergantung pada pengamatan.
Dengan kata lain pemecahan problem sangat tergantung kepada
pengamatan, apabila dapat melihat situasi itu dengan tepat maka problem
“pencerahan” dan dapat memecahkan problem itu.
Jadi inti pelajaran menurut aliran ini adalah mendapatkan “insight”
artinya: dimengertinya persoalan, dimengertinya hubungan tertentu, antara
berbagai unsur dalam situasi tertentu, hingga hubungan tersebut jelas dan
akhirnya didapatkan kemampuan memecahkan problem, bukan mengulang-ulang bahan
yang dipelajari.
Dalam hukum-hukum belajar Gestalt ini ada satu hukum pokok , yaitu
hukum Pragnaz, dan empat hukum tambahan (subsider) yang tunduk kepada hukum
yang pokok itu, yaitu hukum–hukum keterdekatan, ketertutupan, kesamaan, dan
kontinuitas. Pragnaz adalah suatu keadaan yang seimbang. Setiap hal yang
dihadapi oleh individu mempunyai sifat dinamis yaitu cenderung untuk menuju
keadaan pragnaz tersebut. Empat hukum tambahan yang tunduk kepada hukum pokok,
yaitu :
1.
Hukum
keterdekatan
Hal-hal yang saling berdekatan
dalam waktu atau tempat cenderung dianggap sebagai suatu totalitas.
2.
Hukum
ketertutupan
Hal-hal yang cenderung menutup
akan membentuk kesan totalitas tersendiri.
3.
Hukum
kesamaan.
Hal-hal
yang mirip satu sama lain, cenderung kita persepsikan
sebagai
suatu kelompok atau suatu totalitas.
4.
Hukum kontinuitas
Orang akan cenderung
mengasumsikan pola kontinuitas pada obyek-obyek yang ada.
1.
Belajar
Proses belajar adalah fenomena kognitif. Apabila individu
mengalami proses belajar, terjadi reorganisasi dalam perceptual fieldnya.
Setelah proses belajar terjadi, seseorang dapat memiliki cara pandang baru
terhadap suatu problem. Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara
lain :
a.
Pengalaman
tilikan (insight) : bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku
yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau
peristiwa.
b.
Pembelajaran
yang bermakna (meaningful learning) : kebermaknaan unsur-unsur yang terkait
akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna
hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari.
c.
Perilaku
bertujuan (purposive behavior) : bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku
bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya
dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif
jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru
hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu
peserta didik dalam memahami tujuannya.
d.
Prinsip
ruang hidup (life space) : bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan
lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya
memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta
didik.
e.
Transfer
dalam Belajar : yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran
tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi
dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi
tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam
tatasusunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip
pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan
umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah
menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi
untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain
2.
Insight
Pemecahan masalah secara jitu yang muncul setelah adanya proses
pengujian berbagai dugaan/kemungkinan. Setelah adanya pengalaman insight,
individu mampu menerapkannya pada problem sejenis tanpa perlu melalui proses
trial-error lagi. Konsep insight ini adalah fenomena penting dalam belajar,
ditemukan oleh Kohler dalam eksperimen yang sistematis. Timbulnya insight pada
individu tergantung pada :
a.
Kesanggupan
: Kesanggupan berkaitan dengan kemampuan inteligensi individu.
b.
Pengalaman
: Dengan belajar, individu akan mendapatkan suatu pengalaman dan pengalaman itu
akan menyebabkan munculnya insight.
c.
Taraf
kompleksitas dari suatu situasi :Semakin kompleks masalah akan semakin sulit
diatasi
d.
Latihan
: Latihan yang banyak akan mempertinggi kemampuan insight dalam situasi yang
bersamaan
e.
Trial
and Error: Apabila seseorang tidak dapat memecahkan suatu masalah, seseorang
akan melakukan percobaan-percobaan hingga akhirnya menemukan insight
untuk memecahkan masalah tersebut.
3.
Memory
Hasil persepsi terhadap obyek meninggalkan jejak ingatan. Dengan
berjalannya waktu, jejak ingatan ini akan berubah pula sejalan dengan
prinsip-prinsip organisasional terhadap obyek. Penerapan Prinsip of Good Form
seringkali muncul dan terbukti secara eksperimental. Secara sosial, fenomena
ini juga menjelaskan pengaruh gosip/rumor. Fenomena gossip seringkali berbeda
dengan fakta yang ada. Fakta yang diterima sebagai suatu informasi oleh
seseorang kemudian diteruskan kepada orang lain dengan dengan dilengkapi oleh
informasi yang relevan walaupun belum menjadi fakta atau belum diketahui
faktanya
Istilah Gestalt sukar diterjemahkan kedalam bahasa lain. Dalam
bahasa Inggris berarti form, shape, configuration, whole dan dalam bahasa
Indonesia berarti bentuk, keseluruhan, esensi, totalitaas, hal, peristiwa dan
hakikat. Aliran ini pun merupakan protes terhadap pandangan elementaritis dan
metode kerjanya menganalisi unsur-unsur kejiwaan. Menurut aliran gestalt, yang
utama bukanlah elemen tetapi keseluruhan. Kesadaran dan jiwa manusia tidak
mungkin dianalisis kedalam elemen-elemen. Gejala kejiwaan harus dipelajari
sebagai suatu keseluruhan atau totalitas. Keseluruhan adalah lebih dari sekedar
penjumlahan unsur-unsurnya. Keseluruhan itu lebih dahulu ditanggapi dari
bagian-bagiannya, dan bagian-bagian itu harus memperoleh makna dalam
keseluruhan.[1]
Psikologi Gestalt merupakan salah satu aliran psikologi yang
mempelajari suatu gejala sebagai suatu keseluruhan atau totalitas, data-data
dalam psikologi Gestalt disebut sebagai phenomena (gejala). Phenomena adalah
data yang paling dasar dalam Psikologi Gestalt. Dalam hal ini Psikologi Gestalt
sependapat dengan filsafat phenomonologi yang mengatakan bahwa suatu pengalaman
harus dilihat secara netral. Dalam suatu phenomena terdapat dua unsur yaitu
obyek dan arti. Obyek merupakan sesuatu yang dapat dideskripsikan, setelah
tertangkap oleh indera, obyek tersebut menjadi suatu informasi dan sekaligus
kita telah memberikan arti pada obyek itu. Teori ini dibangun oleh tiga orang,
Kurt Koffka, Max Wertheimer dan Wolfgang Köhler. Mereka menyimpulkan bahwa
seseorang cenderung mempersepsikan apa yang terlihat dari lingkungannya sebagai
kesatuan yang utuh.
Menurut koffka, gestalt adalah pertemuan gejala-gejala yang
tiap-tiap anggotanya hanya mempunyai sifat atau watak dalam hubungannya dengan
bagian-bagiannya, sehingga merupakan suatu kesatuan yang mengandung arti, dan
tiap-tiap bagian mendapat arti dari keseluruhan itu. Yang primer gestalt adalah
bukan bagian-bagian. Bagian-bagian itu sendiri tidak ada. Sebab gestalt tidak
terjadi dari jumlah bagian-bagian. Artinya di dalam gestalt, tidak mungkin bagian-bagian
itu berdiri sendiri.[2]
Psikologi gestalt diawali dan dikembangakan melalui tulisan-tulisan
tiga tokoh penting, yaitu Max Wertheimer, Wolfgang Kohler dan Kurt Koffka.
Ketiganya dididik dalam atmosfer intelektual yang menggairahkan pada awal abad
20 di Jerman, dan ketiganya melarikan diri dari kejaran nazi dan bermigrasi ke
Amerika. Sejak dahulu aliran-aliran itu sangat penting artinya untuk membina
semangat para ahli dalam kompetisi mendapatkan penemuan-penemuan baru dan
saling memberikan kritik dan koreksi terhadap aliran-aliran yang lainnya.
Aliran-aliran itu mengajukan teorinya masing-masing dan banyak diantaranya
menjadi dasar dari teori-teori psikologi modern masa kini. Beberapa aliran yang
terkemuka dengan teorinya Gestalt akan dikemukakan dibawah ini.
1.
Max Wertheimer (1880 – 1943)
Max Wertheimer
adalah tokoh tertua dari tiga serangkai pendiri aliran psikologi Gestalt.
Wertheimer dilahirkan di Praha pada tanggal 15 April 1880. Ia mendapat gelar
Ph.D nya di bawah bimbingan Oswald Kulpe.[3]
Wertheimer
dianggap sebagai pendiri teori Gestalt setelah dia melakukan eksperimen dengan
menggunakan alat yang bernama stroboskop, yaitu alat yang berbentuk kotak dan
diberi suatu alat untuk dapat melihat ke dalam kotak itu. Di dalam kotak
terdapat dua buah garis yang satu melintang dan yang satu tegak. Kedua gambar
tersebut diperlihatkan secara bergantian, dimulai dari garis yang melintang
kemudian garis yang tegak, dan diperlihatkan secara terus menerus. Kesan yang
muncul adalah garis tersebut bergerak dari tegak ke melintang. Gerakan ini
merupakan gerakan yang semu karena sesungguhnya garis tersebut tidak bergerak
melainkan dimunculkan secara bergantian.
2.
Kurt Koffka (1886-1941)
Koffka lahir di
Berlin tanggal 18 Maret 1886. Sumbangan Koffka kepada psikologi adalah
penyajian yang sistematis dan pengamalan dari prinsip-prinsip Gestalt dalam rangkaian
gejala psikologi, mulai persepsi, belajar, mengingat, sampai kepada psikologi belajar dan psikologi sosial.
Teori Koffka tentang belajar didasarkan pada anggapan bahwa belajar dapat diterangkan dengan prinsip
prinsip psikologi Gestalt. Teori Koffka tentang belajar
antara lain:
a.
Jejak ingatan (memory traces), adalah suatu pengalaman yang
membekas di otak.Jejak-jejak ingatan ini diorganisasikan secara sistematis mengikuti
prinsip-prinsipGestalt dan akan muncul kembali kalau kita mempersepsikan
sesuatu yang serupadengan jejak-jejak ingatan tadi.
b.
Perjalanan waktu berpengaruh terhadap jejak ingatan. Perjalanan
waktu itu tidakdapat melemahkan, melainkan menyebabkan terjadinya perubahan
jejak, karena jejaktersebut cenderung diperhalus dan disempurnakan untuk
mendapat Gestalt yang lebih baik dalam ingatan.
c.
Latihan yang terus menerus akan memperkuat jejak ingatan.[4]
3.
Wolfgang Kohler (1887-1967)
Kohler lahir di
Reval, Estonia pada tanggal 21 Januari 1887. Menurut Kohler apabila organisme
dihadapkan pada suatu masalah atau problem, maka akan terjadi ketidak seimbangan
kogntitif, dan ini akan berlangsung sampai masalah tersebut terpecahkan. Karena
itu, menurut Gestalt apabila terdapat ketidak seimbangan kognitif,hal ini akan
mendorong organisme menuju ke arah keseimbangan. Eksperimennya adalah seekor
simpanse diletakkan di dalam sangkar. Pisang digantung di atas sangkar. Di
dalam sangkar terdapat beberapa kotak berlainan jenis. Mula-mula hewan itu
melompat-lompat untuk mendapatkan pisang itu tetapi tidak berhasil. Karena
usaha-usaha itu tidak membawa hasil, simpanse itu berhenti sejenak, seolah-olah
memikir cara untuk mendapatkan pisang itu. Tiba-tiba hewan itu dapat sesuatu
ide dan kemudian menyusunkotak-kotak yang tersedia untuk dijadikan tangga dan
memanjatnya untukmencapai pisang itu.
Dalam eksperimennya Kohler sampai pada kesimpulan bahwa orgAnism
(dalam hal ini simpanse) dalam memperoleh pemecahan masalahnya diperoleh dengan pengertian
atau dengan insight.
1.
Prinsip Dasar Gestalt
a.
Interaksi antara individu dan lingkungan disebut sebagai perceptual
field. Setiap perceptual field memiliki organisasi, yang cenderung
dipersepsikan oleh manusia sebagai figure and ground. Oleh karena itu kemampuan
persepsi ini merupakan fungsi bawaan manusia, bukan skill yang dipelajari.
Pengorganisasian ini mempengaruhi makna yang dibentuk.[5]
b.
Prinsip-prinsip pengorganisasian :
·
Principle of Proximity : bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan
(baik waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu
bentuk tertentu.
·
Principle of Similarity : individu akan cenderung
mempersepsikan stimulus yang sama sebagai suatu kesatuan. Kesamaan stimulus itu
bisa berupa persamaan bentuk, warna, ukuran dan kecerahan.
·
Principle of Objective Set : Organisasi berdasarkan mental set yang
sudah terbentuk sebelumnya.
·
Principle of Continuity : Menunjukkan bahwa kerja otak manusia
secara alamiah melakukan proses untuk melengkapi atau melanjutkan informasi
meskipun stimulus yang didapat tidak lengkap.
·
Principle of Closure/ Principle of Good Form : Bahwa orang
cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak
lengkap. Orang akan cenderung melihat suatu obyek dengan bentukan yang sempurna
dan sederhana agar mudah diingat.
·
Principle of Figure and Ground : Yaitu menganggap bahwa setiap
bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan ground
(latar belakang). Prinsip ini menggambarkan bahwa manusia secara sengaja
ataupun tidak, memilih dari serangkaian stimulus, mana yang dianggapnya
sebagai figure dan mana yang dianggap sebagai ground.
·
Principle of Isomorphism : Menunjukkan adanya hubungan antara
aktivitas otak dengan kesadaran, atau menunjukkan adanya hubungan structural
antara daerah-daerah otak yang terktivasi dengan isi alam sadarnya.
Asumsi bahwa hukum –hukum atau prinsip-prinsip yang berlaku pada
proses pengamatan dapat ditransfer kepada hal belajar, maka untuk memahami
proses belajar orang perlu memahami hukum-hukum yang menguasai proses
pengamatan itu.Pada pengamatan itu menekankan perhatian pada bentuk yang
terorganisasi (organized form) dan pola persepsi manusia . Pemahaman dan
persepsi tentang hubungan-hubungan dalam kebulatan (entities) adalah sangat
esensial dalam belajar. Psikologi Gestalt ini terkenal juga sebagai teori medan
(field) atau lazim disebut cognitive field theory.[6]
Pendirian aliran ini adalah keseluruhan lebih dan lain dari pada
bagian-bagian, “keseluruhan itu timbul lebih dulu dari pada
bagian-bagian”.Dalam belajar yang penting adalah penyesuaian pertama, yaitu
mendapatkan response yang tepat, hal ini sangat tergantung pada pengamatan.
Dengan kata lain pemecahan problem sangat tergantung kepada
pengamatan, apabila dapat melihat situasi itu dengan tepat maka problem
“pencerahan” dan dapat memecahkan problem itu.
Jadi inti pelajaran menurut aliran ini adalah mendapatkan “insight”
artinya: dimengertinya persoalan, dimengertinya hubungan tertentu, antara
berbagai unsur dalam situasi tertentu, hingga hubungan tersebut jelas dan
akhirnya didapatkan kemampuan memecahkan problem, bukan mengulang-ulang bahan
yang dipelajari.
Dalam hukum-hukum belajar Gestalt ini ada satu hukum pokok , yaitu
hukum Pragnaz, dan empat hukum tambahan (subsider) yang tunduk kepada hukum
yang pokok itu, yaitu hukum–hukum keterdekatan, ketertutupan, kesamaan, dan
kontinuitas. Pragnaz adalah suatu keadaan yang seimbang. Setiap hal yang
dihadapi oleh individu mempunyai sifat dinamis yaitu cenderung untuk menuju
keadaan pragnaz tersebut. Empat hukum tambahan yang tunduk kepada hukum pokok,
yaitu :
1.
Hukum
keterdekatan
Hal-hal yang saling berdekatan
dalam waktu atau tempat cenderung dianggap sebagai suatu totalitas.
2.
Hukum
ketertutupan
Hal-hal yang cenderung menutup
akan membentuk kesan totalitas tersendiri.
3.
Hukum
kesamaan.
Hal-hal
yang mirip satu sama lain, cenderung kita persepsikan
sebagai
suatu kelompok atau suatu totalitas.
4.
Hukum kontinuitas
Orang akan cenderung
mengasumsikan pola kontinuitas pada obyek-obyek yang ada.
1.
Belajar
Proses belajar adalah fenomena kognitif. Apabila individu
mengalami proses belajar, terjadi reorganisasi dalam perceptual fieldnya.
Setelah proses belajar terjadi, seseorang dapat memiliki cara pandang baru
terhadap suatu problem. Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara
lain :
a.
Pengalaman
tilikan (insight) : bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku
yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau
peristiwa.
b.
Pembelajaran
yang bermakna (meaningful learning) : kebermaknaan unsur-unsur yang terkait
akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna
hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari.
c.
Perilaku
bertujuan (purposive behavior) : bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku
bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya
dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif
jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru
hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu
peserta didik dalam memahami tujuannya.
d.
Prinsip
ruang hidup (life space) : bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan
lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya
memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta
didik.
e.
Transfer
dalam Belajar : yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran
tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi
dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi
tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam
tatasusunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip
pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan
umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah
menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi
untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain
2.
Insight
Pemecahan masalah secara jitu yang muncul setelah adanya proses
pengujian berbagai dugaan/kemungkinan. Setelah adanya pengalaman insight,
individu mampu menerapkannya pada problem sejenis tanpa perlu melalui proses
trial-error lagi. Konsep insight ini adalah fenomena penting dalam belajar,
ditemukan oleh Kohler dalam eksperimen yang sistematis. Timbulnya insight pada
individu tergantung pada :
a.
Kesanggupan
: Kesanggupan berkaitan dengan kemampuan inteligensi individu.
b.
Pengalaman
: Dengan belajar, individu akan mendapatkan suatu pengalaman dan pengalaman itu
akan menyebabkan munculnya insight.
c.
Taraf
kompleksitas dari suatu situasi :Semakin kompleks masalah akan semakin sulit
diatasi
d.
Latihan
: Latihan yang banyak akan mempertinggi kemampuan insight dalam situasi yang
bersamaan
e.
Trial
and Error: Apabila seseorang tidak dapat memecahkan suatu masalah, seseorang
akan melakukan percobaan-percobaan hingga akhirnya menemukan insight
untuk memecahkan masalah tersebut.
3.
Memory
Hasil persepsi terhadap obyek meninggalkan jejak ingatan. Dengan
berjalannya waktu, jejak ingatan ini akan berubah pula sejalan dengan
prinsip-prinsip organisasional terhadap obyek. Penerapan Prinsip of Good Form
seringkali muncul dan terbukti secara eksperimental. Secara sosial, fenomena
ini juga menjelaskan pengaruh gosip/rumor. Fenomena gossip seringkali berbeda
dengan fakta yang ada. Fakta yang diterima sebagai suatu informasi oleh
seseorang kemudian diteruskan kepada orang lain dengan dengan dilengkapi oleh
informasi yang relevan walaupun belum menjadi fakta atau belum diketahui
faktanya
BAB III
PENUTUP
Teori belajar psikologi Gestalt merupakan salah satu aliran
psikologi yang mempelajari suatu gejala sebagai suatu keseluruhan atau
totalitas. Sedangkan data-data dalam psikologi Gestalt disebut sebagai
Fenomena (gejala). Dimana fenomena adalah data-data yang mendasar dan hal ini
sependapat dengan filsafat fenomologi yang mengartikan bahwa suatu pengalaman
harus dilihat secara netral.
Dalam teori belajar gestalt terdapat prinsip interaksi individu
dengan lingkungan serta prinsip pengorganisasian. Selain itu, dalam aplikasi
prinsip teori belajar psikologi gestel meliputi pada belajar, insight, dan
memory. Teori belajar psikologi gestalt mempelajari suatu fenomena secara
totatalitas dan merumuskan beberapa hukum diantaranya adalah hukum
keterdekatan, hukum ketertutupan, hukum kesamaan, dan hukum kontiunitas, yang
kesemua hukum itu tunduk pada hukum Pragnaz. Dengan demikian teori belajar
psikologi gestalt dapat diterapkan dalam proses belajar sehingga lebih dapat
memahami suatu gejala atau fenomena secara keseluruhan.
Makalah ini tentu jauh dari sebuah kesempurnaan. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun sangat diperlukan sebagai bahan perbaikkan
kedepannya. Semoga dengan adanya makalah tentang Teori Belajar Gestalt ini
mampu menambah khazanah keilmuan kita terkait dengan proses pelaksanaan
pengajaran yang bermutu dengan kata lain memiliki nilai presensi berkualitas.
Boeree, George. 2005. Sejarah
Psikologi : Dari Masa Kelahiran Sampai Masa Modern. Jogjakarta :
Prismasophie.
Ahmad, Fauzi. 2008. Pisikologi Umum. Bandung : Penerbit
Pustaka Setia
Naisaban, Ladidlaus. 2004. Para
Psikolog Terkemuka Dunia: Riwayat Hidup, Pokok Pikiran Dan Karya.
Jakarta: Grasindo
Suryabrata, Sumardi. 2006. Psikologi
Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
Sujanto, Agus. 2008. Psikologi Umum. Jakarta: Bumi
Aksar.
Syaodih, Nana. 2008. Landasan psikologi
pendidiksan. Bandung: Remaja
Rosdakatya,.
[1] Ahmad Fauzi, Psikologi Umum, Pustaka Setia, Bandung, 1999, Hal 27
[2] Agus Sujanto, Psikologi Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),
hal 171
[3] Ladidlaus
Naisaban, Para Psikolog Terkemuka Dunia: Riwayat Hidup, Pokok Pikiran, Dan
Karya (Jakarta: Grasindo 2004) , hal 397
[4] George
Boeree, Sejarah Psikologi : Dari Masa Kelahiran Sampai Masa Modern,
(Jogjakarta : Prismasophie,
2005), hal. 422
[5] Sumardi
Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
2006), hal. 279
[6] Nana Syaodih,
Landasan psikologi pendidikan, (Bandung : Remajka Rosdakatya, 2008), hal.
170
Teori belajar psikologi Gestalt merupakan salah satu aliran
psikologi yang mempelajari suatu gejala sebagai suatu keseluruhan atau
totalitas. Sedangkan data-data dalam psikologi Gestalt disebut sebagai
Fenomena (gejala). Dimana fenomena adalah data-data yang mendasar dan hal ini
sependapat dengan filsafat fenomologi yang mengartikan bahwa suatu pengalaman
harus dilihat secara netral.
Dalam teori belajar gestalt terdapat prinsip interaksi individu
dengan lingkungan serta prinsip pengorganisasian. Selain itu, dalam aplikasi
prinsip teori belajar psikologi gestel meliputi pada belajar, insight, dan
memory. Teori belajar psikologi gestalt mempelajari suatu fenomena secara
totatalitas dan merumuskan beberapa hukum diantaranya adalah hukum
keterdekatan, hukum ketertutupan, hukum kesamaan, dan hukum kontiunitas, yang
kesemua hukum itu tunduk pada hukum Pragnaz. Dengan demikian teori belajar
psikologi gestalt dapat diterapkan dalam proses belajar sehingga lebih dapat
memahami suatu gejala atau fenomena secara keseluruhan.
Makalah ini tentu jauh dari sebuah kesempurnaan. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun sangat diperlukan sebagai bahan perbaikkan
kedepannya. Semoga dengan adanya makalah tentang Teori Belajar Gestalt ini
mampu menambah khazanah keilmuan kita terkait dengan proses pelaksanaan
pengajaran yang bermutu dengan kata lain memiliki nilai presensi berkualitas.
Boeree, George. 2005. Sejarah
Psikologi : Dari Masa Kelahiran Sampai Masa Modern. Jogjakarta :
Prismasophie.
Ahmad, Fauzi. 2008. Pisikologi Umum. Bandung : Penerbit
Pustaka Setia
Naisaban, Ladidlaus. 2004. Para
Psikolog Terkemuka Dunia: Riwayat Hidup, Pokok Pikiran Dan Karya.
Jakarta: Grasindo
Suryabrata, Sumardi. 2006. Psikologi
Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
Sujanto, Agus. 2008. Psikologi Umum. Jakarta: Bumi
Aksar.
Syaodih, Nana. 2008. Landasan psikologi
pendidiksan. Bandung: Remaja
Rosdakatya,.
[1] Ahmad Fauzi, Psikologi Umum, Pustaka Setia, Bandung, 1999, Hal 27
[2] Agus Sujanto, Psikologi Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),
hal 171
[3] Ladidlaus
Naisaban, Para Psikolog Terkemuka Dunia: Riwayat Hidup, Pokok Pikiran, Dan
Karya (Jakarta: Grasindo 2004) , hal 397
[4] George
Boeree, Sejarah Psikologi : Dari Masa Kelahiran Sampai Masa Modern,
(Jogjakarta : Prismasophie,
2005), hal. 422
[5] Sumardi
Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
2006), hal. 279
[6] Nana Syaodih,
Landasan psikologi pendidikan, (Bandung : Remajka Rosdakatya, 2008), hal.
170
nice information min
BalasHapuspinset bengkok
tatanium-arts.com - Titanium Art | Etsy
BalasHapusTatanium Art. Free titanium price shipping titanium bolt and returns available to titanium boiling point all ford edge titanium 2019 new and revlon titanium max edition experienced artists worldwide.